Contoh Logika Terbalik dalam Kehidupan
Pagi ini suasana di kampus sudah ramai oleh
mahasiswa-mahasiswa yang sedang menunggu jam perkuliahan dimulai. Sepanjang
lorong depan ruang dosen, aku dan teman-teman sedang asyik berbincang-bincang
dan bercanda. Salah satu sahabatku baru saja datang, langsung ikut bergabung
dengan obrolan kami. Ia tampak modis dan—lihat, wajahnya hari ini berseri-seri,
tidak seperti biasanya yang lebih sering terlihat murung. Sepertinya ia sedang
ceria.
“Hai, Yaya. Kamu kelihatan modis banget,” sapaku ketika ia
datang.
“Hmm, kamu muji-muji pasti ada maunya ya,” Yaya membalas
dengan mencibirku, wajahnya dibuat cemberut.
“Hahaha, engga kok, sumpah deh.”
“Ah, nggak percaya,” ia lalu pergi meninggalkan kami, menuju
ke arah Wina yang sedang bersama Dewi.
Aku dan Yaya sudah bersahabat sejak hari pertama kuliah. Yaya
dan Wina bersahabat sejak semester awal. Aku, Yaya, dan Wina pernah bersahabat.
*****
Akan sangat merepotkan jika semakin banyak orang yang
menggunakan logika terbalik seperti ini. Mungkin dikira hanya bercanda. Tapi
ketika obrolan seperti itu dibawa ke level selanjutnya (lebih serius),
seringkali respon yang didapat sama saja.
Kuakui beberapa pujian yang aku sampaikan tujuannya hanya
untuk memahami sifat orang yang aku puji tersebut. Selebihnya, aku menyatakan
pujian kepada orang-orang yang memang kuanggap memiliki kelebihan (dalam hal
apapun). Dan kebanyakan responnya sama saja; ah enggak kok, bisa aja, kamu
lebih hebat, dan lain-lain.
Sejujurnya agak menyebalkan ketika memuji orang lain dengan
tulus tapi orang tersebut mengira kita sedang menggoda atau mengejek dia.
Orang-orang seperti itu berkontribusi dalam meluasnya makna logika terbalik.
Bagaimanapun, kita sudah sering menemukan penggunaan logika terbalik di sekitar
kita. Contoh sederhananya adalah coretan di dinding yang bertuliskan “Dilarang
membuang sampah di sini” yang justru tempat itu banyak dijadikan orang-orang
untuk tempat membuang sampah. Contoh lain; folder di komputer yang berjudul
“Jangan Dibuka!” justru akan dibuka oleh orang yang melihat folder tersebut,
alasannya sih karena penasaran.
Mungkin sudah menjadi sifat dasar manusia yang akan mencari
tahu dan mencoba sesuatu yang dilarang supaya bisa tahu mengapa hal tersebut
dilarang. Manusia akan mentransformasikan kata “jangan” menjadi “segera
lakukan”. Mungkin.
Dan harus diakui bahwa orang yang menulis tulisan ini juga
kadang turut mengaplikasikan logika terbalik dalam kehidupannya.
*****
Suasana di kelas sangat ramai, beberapa anak bergerombol
membahas materi yang akan mereka presentasikan nanti, sebagian anak lainnya
mengobrolkan tentang rencana liburan ke Jogja akhir pekan ini. Aku sedang duduk
di dalam kelas, membaca novel sembari menunggu dosen masuk. Tiba-tiba Yaya
sudah berdiri di samping kursiku, mencolek lenganku.
"Dosennya masuk nggak hari ini?" Yaya berdiri
sambil memeluk buku di dadanya.
"Engga tau lah, kok tanya aku," aku menjawab sambil
kembali menatap ke novelku.
"Kok ada yang bilang matkulnya kosong?" ia mencolek
lenganku lagi.
"Hoaks kali itu."
*****
Itu tadi contoh logika terbalik
selanjutnya.
ya ya ya ya I know who you mean?
ReplyDeleteMe. .its me.. 💞
ReplyDelete