From Okay to Hell No: Police

Well hello fellas, we’re meet again in my new post. Di tulisan kali ini aku terpikir membuat segmen baru di blogku (setelah sebelumnya ada segmen #WhyILike). Di segmen baru ini aku bakal membahas hal-hal yang sebelumnya aku beri permakluman and I can deal with it, hingga kini hal-hal tersebut aku (berusaha) hindari karena didasari pertimbangan dan pemikiranku yang terus berkembang. Tentu hal seperti itu menurutku wajar yaa, karena situasi kan terus berubah seiring berjalannya waktu, kita sebagai pribadi pun harus bisa dinamis menyesuaikan situasi yang ada. Segmen baru ini aku beri judul ‘From Okay to Hell No', dan gambaran segmen ini adalah sebagai berikut, check it out.

Di segmen From Okay to Hell No episode pertama aku akan membahas tentang polisi atau kepolisian. Sebagai konteks untuk pembaca baruku: jadi aku kan suka lari guys, dan salah satu komunitas lari yang cukup sering aku ikuti adalah Police Run Jateng (PRJ). Komunitas tersebut awalnya dibentuk bagi para anggota kepolisian dan masyarakat Jawa Tengah khususnya di Kota Semarang agar bisa berlari bersama. Melalui komunitas ini pula kepolisian berupaya untuk bisa dekat dengan masyarakat. Lalu karena aku suka lari, aku beberapa kali ikut lari bersama PRJ tersebut. Namun, sekarang, aku tidak akan ikut lari bersama PRJ lagi. Here’s why.

Bulan Juli 2022 masyarakat Indonesia dihebohkan oleh berita kasus penembakan anggota polisi—yup, kasus penembakan Brigadir J. Di tulisan ini aku tidak akan membahas kronologi kasus tersebut, karena masyarakat pun banyak yang mengikuti perkembangan kasusnya (lagipula media berita juga banyak yang membahas kasus ini secara lengkap). Intinya pemikiranku untuk anti dengan polisi sangat berkaitan dan dipicu oleh kasus ini.

As we all know, ternyata dalang dari kasus penembakan Brigadir J ini adalaaah… siap-siap yaa guys...  3, 2, 1, KADIV PROPAM POLRI!!! Wow,  crazy right? Propam Polri guys! In case kalian belum tahu apa tugas Propam, coba google dulu deh. I mean… oh my god, I’m speechless… Okay-okay, dari sini saja sudah sangat tersirat bahwa instansi ini (you know) sedang bermasalah kan, tapi ternyata eh ternyata, setelah diusut lebih lanjut,  ditemukan bahwa ada 31 orang polisi yang melanggar kode etik profesi Polri dalam penyidikan kasus ini. Dan parahnya lagi, 3 di antara 31 orang yang melanggar tersebut adalah JENDERAL POLISI! Wow (again)… shit man. 

Jadi keputusanku untuk menolak lari bersama PRJ murni bukan karena kesalahan orang-orang PRJ-nya, justru mereka malah cerminan polisi-polisi yang baik. Namun kasus pembunuhan Brigadir J (dan kasus-kasus lain yang menyangkut kepolisian) yang menjadi penyebabnya. Walaupun aku bisa memisahkan kelakuan para oknum dengan para polisi yang aku temui di dunia nyata (tidak menggeneralisir), tetapi idealismeku merasa terganggu jika aku tetap lari bersama mereka. Walaupun juga setiap berlari mereka selalu melepas atribut kepolisian (seragam, lencana, dan lain-lain)  tetapi nama komunitas tersebut sangat jelas menunjukkan identitas mereka, maka mau tidak mau aku harus menjauhi mereka. Karena sangat aneh jika di media sosial aku mengkritik kepolisian tapi di dunia nyata malah aku melakukan hobiku bersama polisi. Aku tidak ingin dianggap two face—aku harus mengorbankan salah satu antara idealismeku atau tetap bisa berlari bersama PRJ, maka sudah pasti aku akan mempertahankan idealismeku. Sekali lagi aku tegaskan bukan karena salah di anggota PRJ yaa guys, murni karena idealismeku.

Meski aku menjauhi hal-hal yang berbau kepolisian, aku tidak akan menjauhi teman-temanku yang kebetulan salah satu di antara mereka, aku tetap akan menganggap mereka sebagai temanku, bukan sebagai anggota polisi. Dan aku akan tetap memandang buruk kepolisian selama mereka belum melakukan reformasi di internal instansinya. Kemarahan masyarakat terhadap instansi Polri harus dijadikan dasar bahwa instansi tersebut HARUS melakukan ‘bersih-bersih’. Karena tidak ada waktu lain yang lebih tepat dibanding saat ini, bagai sudah mencapai klimaksnya (kemarahan masyarakat). Semua sudah jelas, jenderal polisi yang kini sudah dilepas sebagai Kadiv Propam Polri juga sudah mengakui perbuatannya, semua yang disampaikan di tulisan ini merupakan fakta, maka tidak perlu menunggu waktu lain untuk berbenah. Now or never.

Well, I think it’s enough,  guys.  For my police fellas, I’m really sorry that I need to write this, cause I think your workplace should be reforming. Sooo, see yaa guys. 


Comments

Popular Posts