Dav & Varva #2

Setelah memutuskan untuk makan malam di warung burjo dekat rumah Varva, Varva hanya menyetujuinya dengan pasrah, karena sebenarnya dia juga sudah lapar. Aku tersenyum senang, karena itu berarti aku bisa lebih lama lagi bersama dia.
Kau benar-benar seperti angin musim dingin. Meninggalkan warna penuh tanya, dan menghadirkan banyak kejutan. Membutuhkan banyak waktu untuk mengenalmu lebih dalam, dan aku masih ada di separuh jalan.
Saat kau sudah menghabiskan makananmu, aku segera tersadar. Lalu kita berdua ngobrol tentang band favoritmu yang baru saja kita tonton. Dan... hey, setelah aku nonton konser tadi, aku juga jadi suka band itu. Begitu banyak jenis musik telah aku dengarkan, dan tadi adalah salah satu musik yang unik.
Beberapa bulan setelah kita nonton konser berdua, aku (lagi-lagi) mendapatkan dua tiket konser untuk akhir pekan ini. Musisi wanita yang sedang naik daun sebagai bintang tamunya. Awalnya aku tidak tahu siapa yang akan kuajak. Lalu iseng-iseng aku ajak Varva, siapa tahu dia mau.
"Varva, kamu suka penyanyi ini ngga?" aku kirim dia pesan dan foto tiket via WhatsApp.
"Kamu ajak aku nonton? Mau dong."
"Iya. Sabtu ini free kan?"
"Iya, Dav"
"Oke deh, besok Sabtu aku jemput kamu kaya biasanya ya."
"Iya, see you, Dav"
"Can't wait to see you, Varva..." sejenak Dav ragu untuk mengirim pesan itu, lalu menghapusnya.
"See you, Varva." balas Dav singkat.
Hari sabtu pun tiba. Paginya aku mengambil gambar untuk project film yang sedang kugarap. Setelah makan siang bersama crew film, aku memutuskan untuk pulang lebih awal. Sampai di rumah aku melakukan rutinitas yang sering aku lakukan, membaca buku dengan ditemani kopi. Kopi Bajawa untuk hari ini.
Saat aku sudah siap untuk menjemput Varva, aku mendapatkan pesan bahwa di waktu yang sama dengan waktu pelaksanaan konser, organisasi yang aku dan Varva ikuti akan mengadakan rapat. Tapi aku sudah sedikit lebih mengenal Varva. Dia orang yang patuh dengan janji yang sudah ia buat.
Aku dan Varva tetap datang ke konser tersebut. Seperti biasa aku jemput dia di rumahnya dan kita berangkat menuju tempat konser, akhirnya aku dan Varva sampai tepat beberapa detik sebelum gerbang ditutup.
Setelah aku parkir di dalam area konser, gerbang ditutup. Beruntung sekali hari ini.
"Disini kita jadi minoritas banget ya, Dav, hahaha," ucap Varva sambil melihat sekeliling.
"Ya," aku jawab singkat dengan sedikit tawa getir.
Memang, konser ini diadakan di sebuah sekolah yang siswanya didominasi oleh orang keturunan Chinese, jadi tidak heran jika Varva dan aku merasa jadi minoritas.
Ternyata konsernya selesai tidak begitu larut malam. Lalu, aku dan Varva menyusul teman-teman yang sedang rapat. Ternyata mereka belum bubar.
Sesampainya di tempat rapat, beberapa teman melihat heran ketika aku dan Varva datang bersamaan.
"Loh, kalian kok datengnya bareng sih?"
Lalu Aku dan Varva saling berpandangan dan tersenyum lebar, senyum yang hanya kita berdua pahami.

Bersambung


Trilogi cerbung: Dav & Varva
Baca sebelumnya Dav & Varva #1 dan selanjutnya Dav & Varva #3


Comments

Popular Posts